Kamis, 06 Februari 2020

Adab dan Keutamaan Dzikir (Khutbah)

KHUTBAH
Khutbah Jumat: Adab dan Keutamaan Dzikir

Khutbah I 

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Ada sebuah amalan yang ringan dilakukan, memberatkan timbangan, dicintai Allah yang Maha Penyayang, memasukkan seseorang ke surga yang penuh kenikmatan, dan menjauhkannya dari neraka yang penuh siksaan, namun seringkali dilalaikan oleh banyak orang, yaitu dzikrullah, dzikir kepada Allah. 

Allah subhaanahu wa ta'ala memerintahkan kita untuk banyak berdzikr. Dia berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (الأحزاب: 41) 

Maknanya: “Wahai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya” (QS Al Ahzaab: 41). 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,   

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ) 

Maknanya: “Perumpamaan orang yang berdzikr kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikr kepada adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati” (HR. al-Bukhari). 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Dzikir kepada Allah bisa dilakukan dengan hati atau dengan lisan. Dzikir dalam hati artinya menghadirkan dalam hati rasa takut, pengagungan dan cinta kepada Allah ta’ala. Dzikir hati seperti ini lebih utama daripada dzikir lisan yang tidak disertai menghadirkan dalam hati rasa takut, pengagungan dan cinta kepada Allah ta’ala. Dan yang paling utama dan sempurna adalah menggabungkan antara dzikir lisan dan dzikir hati. 

Kemudian dzikir lisan yang disertai dzikir hati tidak seyogianya ditinggalkan hanya karena khawatir disangka orang lain berbuat riya’ (melakukan perbuatan baik dengan tujuan mendapatkan pujian dari orang lain). Semestinya yang dilakukan adalah tetap berdzikir dengan lisan dan hati, dan berusaha untuk melakukannya dengan tujuan mengharap ridha Allah semata. Karena meninggalkan perbuatan baik yang disebabkan manusia juga tergolong riya’, sebagaimana hal itu ditegaskan oleh al-Fudlail bin ‘Iyadl rahimahullah. Seandainya kita selalu khawatir akan omongan dan sikap orang lain tentang apa yang kita lakukan, maka akan tertutup banyak sekali pintu kebaikan yang bisa kita lakukan. 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Apakah yang dimaksud dzikir kepada Allah? Imam an-Nawawi berkata dalam kitab al-Adzkar, “Ketahuilah bahwa keutamaan dzikir tidak terbatas pada tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan semacamnya, bahkan setiap orang yang berbuat keta’atan kepada Allah ta'ala, maka dia berdzikr kepada Allah ta'ala, demikianlah yang dikatakan sahabat Sa'id bin Jubair radhiyallahu 'anhu dan para ulama lainnya.” 

Imam Atha’, salah seorang ulama di kalangan tabi’in rahimahullah berkata, “Majelis dzikir adalah majelis halal dan haram, bagaimana engkau membeli dan menjual, shalat dan berpuasa, menikah dan mentalak, berhaji, dan semisalnya.” 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 

وَالذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيْمًا [الأحزاب: 35] 

Maknanya: “Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS al-Ahzab: 35). 

Apakah yang dimaksud banyak berdzikir dalam ayat di atas? Menurut sahabat Ibnu ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma, yang dimaksud “banyak berdzikir kepada Allah” dalam ayat tersebut adalah berdzikir kepada Allah setelah shalat lima waktu, pada pagi dan petang, ketika akan tidur, ketika bangun dari tidur, ketika berangkat dari rumah dan pulang ke rumah. Sedangkan Imam Mujahid rahimahullah mengatakan bahwa tidaklah seseorang disebut banyak berdzikir sebelum ia berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. Berbeda dengan dua pendapat di atas, Imam ‘Atha’ rahimahullah mengatakan bahwa barangsiapa yang mendirikan shalat lima waktu dengan sempurna, maka ia tergolong sebagai orang yang banyak berdzikir. 

Sahabat Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّيَا - أَوْ صَلَّى - رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا كُتِبَا فِي الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ (رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَه) 

Maknanya: “Jika seseorang membangunkan istrinya pada waktu malam, lalu keduanya shalat dua rakaat, maka keduanya tercatat ke dalam golongan orang-orang yang banyak berdzikir” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ibnu Majah). 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Bacaan-bacaan dzikir sangat banyak ragamnya. Di antara sekian banyak bacaan dzikir, manakah bacaan yang paling utama? 

Bacaan dzikir yang paling baik dan paling utama adalah tahlil, Lâ ilâha illa-Llâh, sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini: 

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، عَلِّمْنِي عِلْمًا يُقَرِّبُنِي مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ، قَالَ : إِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً فَاعْمَلْ حَسَنَةً فَإِنَّهَا بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مِنَ الْحَسَنَاتِ هِيَ ؟ قَالَ : هِيَ أَحْسَنُ الْحَسَنَاتِ (رَوَاهُ ابْنُ أَبِي شَيْبَة) 

Dari Abu Dzarr radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya: Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku ilmu yang mendekatkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari neraka. Beliau bersabda: “Jika engkau mengerjakan keburukan, maka lakukanlah kebaikan, karena satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan.” Aku bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Lâ ilâha illa-Llâh termasuk kebaikan? Beliau bersabda: “Lâ ilâha illa-Llâh adalah sebaik-baik kebaikan” (HR. Ibnu Abi Syaibah). 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Mengenai adab berdzikir, Imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkar menjelaskan bahwa di antara adab berdzikir adalah: 

· Jika dilakukan dengan duduk, maka hendaklah duduk dengan menghadap kiblat, penuh dengan perendahan diri, khusyu’, tenang dan menundukkan kepala.
· Hendaklah berdzikir di tempat yang tenang, jauh dari hal-hal yang mengganggu pikiran dan tempat itu bersih, seperti masjid dan tempat-tempat lain yang dimuliakan.
· Hendaklah mulut dalam keadaan bersih. Jika mulut bau, maka hendaklah menghilangkannya dengan bersiwak (atau gosok gigi).
· Ketika berdzikir, hendaklah merenungkan dan meresapi makna dzikir yang dibaca. 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Seorang mukmin yang memperbanyak dzikir dalam semua keadaannya, terutama dengan dzikir-dzikir yang warid (diajarkan oleh Rasulullah), maka akan bersinar hatinya, semua kegelapan akan sirna dari hatinya, jernih jiwanya, cemerlang pikirannya, dan dihindarkan dari godaan syetan. Dengan berdzikir kepada Allah pula, turun ketenangan dan ketenteraman pada hati seorang mukmin. Allah ta’ala berfirman:   

الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِِ اللهِ أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ (الرعد: 28) 

Maknanya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28). 
Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, Terakhir, kami mengingatkan kepada jamaah sekalian, supaya manfaat dan keutamaan dzikir bisa kita rasakan serta pahala dari dzikir bisa kita dapatkan, maka kita harus membaca dzikir dengan benar sesuai tempat keluarnya huruf disertai dengan kesungguhan, niat yang ikhlash dan kekhusyu’an. 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. 

Khutbah II 

إِنَّ الْحَـمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَشْكُرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَرَضِيَ اللهُ عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضٰالِّيْنَ وَلاَ مُضِلِّيْنَ، اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَّوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ ما نَتَخوَّفُ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبٰى ويَنْهٰى عَنِ الفَحْشٰاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. 

Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiga Tipologi Orang dan Cara Terbaik Menyikapinya

KHUTBAH Khutbah Jumat: Tiga Tipologi Orang dan Cara Terbaik Menyikapinya Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ اَلْحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُل...