Sabtu, 15 Februari 2020
HIKMAH Kisah Wafatnya Sang Nabi Pencemburu
Inilah hadits yang bercerita tentang kematian nabi yang sangat cemburu terhadap istrinya, Dawud ‘alaihissalam. Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كَانَ دَاوُدُ النَّبِيُّ فِيهِ غَيْرَةٌ شَدِيدَةٌ، وَكَانَ إِذَا خَرَجَ أُغْلِقَتِ الْأَبْوَابُ فَلَمْ يَدْخُلْ عَلَى أَهْلِهِ أَحَدٌ حَتَّى يَرْجِعَ ، فَخَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ، وَأغُلِّقَتِ الدَّارُ، فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ تَطَّلِعُ إِلَى الدَّارِ، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَتْ لِمَنْ فِي الْبَيْتِ: مِنْ أَيْنَ دَخَلَ هَذَا الرَّجُلُ الدَّارَ، وَالدَّارُ مُغْلَقَةٌ، وَاللَّهِ لَتُفْتَضَحُنَّ بِدَاوُدَ
Artinya: Dawud adalah seorang nabi yang memiliki rasa cemburu yang tinggi. Saat bepergian, ia selalu mengunci pintu-pintu rumahnya, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa masuk sampai dirinya kembali pulang. Pada suatu hari, sang nabi pergi. Semua pintu rumah dikuncinya. Kemudian, istrinya melihat-lihat keadaan rumahnya. Tiba-tiba ada seorang pria yang sedang berdiri di tengah rumah. Istri nabi pun bertanya kepada orang-orang yang ada di rumanya, “Dari mana pria itu masuk rumah ini? Sebab rumah ini dalam keadaan terkunci. Demi Allah, terungkaplah kejelekan kalian di hadapan Dawud!”
فَجَاءَ دَاوُدُ فَإِذَا الرَّجُلُ قَائِمٌ وَسَطَ الدَّارِ، فَقَالَ لَهُ دَاوُدُ: مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ: أَنَا الَّذِي لَا أَهَابُ الْمُلُوكَ، وَلَا يَمْتَنِعُ مِنِّي الْحُجَّابُ، فَقَالَ دَاوُدُ: أَنْتَ وَاللَّهِ إِذَنْ مَلَكُ الْمَوْتِ، مَرْحَبًا بِأَمْرِ اللَّهِ، فَرَمَلَ دَاوُدُ مَكَانَهُ حَيْثُ قُبِضَتْ رُوحُهُ حَتَّى فَرَغَ مِنْ شَأْنِهِ، وَطَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ
Artinya: Nabi Dawud pun datang, dan melihat ada seorang pria berdiri di tengah rumahnya. Ia langsung bertanya, “Siapakah engkau?” Pria itu menjawab, “Aku adalah seseorang yang tidak diberikan kerajaan. Namun, tidak ada sesuatu pun yang bisa menghalangiku.” Dawud bertanya lagi, “Demi Allah, berarti engkau malaikat maut. Selamat datang pembawa perintah Allah!” Kemudian, Nabi menaburkan pasir di tempat ruhnya dicabut, hingga malaikat menyelesaikan tugasnya dan matahari terbit untuknya.
فَقَالَ سُلَيْمَانُ لِلطَّيْرِ: أَظِلِّي عَلَى دَاوُدَ، فَأَظَلَّتْ عَلَيْهِ الطَّيْرُ حَتَّى أَظْلَمَتْ عَلَيْهِ الْأَرْضُ، فَقَالَ لَهَا سُلَيْمَانُ: اقْبِضِي جَنَاحًا جَنَاحًا قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: يُرِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ فَعَلَتِ الطَّيْرُ، وَقُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَدَهُ، وَغَلَبَتْ عَلَيْهِ يَوْمَئِذٍ الْمَصْرحِيَّةُ
Artinya: Saat itu, Nabi Sulaiman berkata kepada burung, “Naungilah Dawud!” Maka burung pun menaunginya, hingga bumi pun gelap. Kemudian, Nabi Sulaiman kembali berkata, “Tahanlah sayap demi sayap.” Terakhir, Abu Hurairah berkomentar, “Seraya menahan tangan, Rasulullah saw. memperlihatkan kepada kami bagaimana burung itu menaungi Dawud dan bagaimana pada hari itu, burung al-Madhrahiyyah yang bersayap panjang mampu menaungi jenazah Dawud.” (HR. Ahmad). (Lihat pula: Ibnu Katsir, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, jilid 2, hal. 17).
Sebagaimana diketahui, di samping seorang nabi dan hamba yang saleh, Dawud juga seorang raja yang agung dan pemimpin yang disegani. Beliau wafat dalam keadaan sehat walafiat. Tak kurang sesuatu apa pun. Bahkan, dikabarkan beliau belum terlalu sepuh.
Namun, di balik kepemimpinan dan keagungan Nabi Dawud ‘alaihissalam, tersimpan sifat pencemburu yang sangat besar terhadap istrinya. Kapan pun bepergian, sang nabi selalu mengunci seluruh pintu rumahnya. Sehingga tak mungkin ada seseorang yang bisa masuk menemui istrinya.
Suatu ketika, begitu sang suami keluar, istri Nabi Dawud ‘alaihissalam mencoba mengamati kondisi di sekitar rumah. Tiba-tiba dia melihat seorang pria berdiri di tengah rumah. Dia pun amat terkejut. Bagaimana mungkin pria itu bisa masuk ke dalam rumah yang terkunci rapat. Dia lantas bertanya pada penghuni rumah dan pelayan-pelayannya, mengapa pria itu bisa masuk. Khawatir jika pulang, suaminya marah kepada dirinya karena dianggap telah memasukkan seorang pria ke dalam rumahnya.
Rupanya pria itu adalah malaikat maut yang datang tanpa sepengetahuannya. Saat malaikat datang, sang nabi tidak ada di rumah. Malaikat maut pun menunggu. Tak berselang lama, Nabi Dawud ‘alaihissalam pun pulang. Pria tersebut tampak tak ada rasa khawatir, apalagi takut. Umumnya orang yang berhadapan dengan raja akan merasa takut. Apalagi sampai berani masuk rumahnya.
Nabi Dawud ‘alaihissalam lalu bertanya tentang identitas sang pria. Si pria pun menceritakan identitasnya yang cukup mudah ditebak.
“Aku adalah seorang yang tidak takut pada raja. Tidak terhalang oleh hijab,” tutur sang pria. Dengan ciri-ciri tersebut, Nabi Dawud ‘alaihissalam langsung bisa mengenalinya bahwa pria itu sesungguhnya adalah malaikat maut.
“Demi Allah, engkau adalah malaikat maut. Selamat datang pembawa perintah Allah!” jawab Nabi Dawud ‘alaihissalam. Setelah itu, beliau pun terdiam hingga ruhnya dicabut dan berpisah dengan jasadnya.
Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengabarkan, ketika jenazah sang nabi selesai dimandikan dan dikafani, matahari pun terbit. Kemudian, melalui Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, Allah memerintahkan burung menaungi jenazah Dawud ‘alaihissalam dengan sayap-sayapnya. Burung pun menaungi jenazah Dawud dan menaungi para pengiringnya. Sehingga mereka tak terkena sinar matahari sedikit pun, bahkan bumi pun hampir gelap.
Sambil menuturkan kisahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperagakan kepada para sahabat bagaimana burung itu menahan sayap-sayapnya. Beliau juga menyampaikan bahwa burung-burung bersayap panjang yang menaungi jenazah Dawud pada hari itu dinamai dengan burung Madhrahiyyah.
Dari kisah di atas, dapat dipetik beberapa pelajaran berharga, di antaranya adalah:
1. Selama tidak berlebihan cemburu bukan sifat tercela. Buktinya sifat ini ada pada nabi. Terlebih, sifat ini sebagai bentuk perhatian dan perlindungan terhadap pasangan agar tidak diganggu oleh orang lain dan tidak rela diganggu.
2. Kematian datang tak terduga dan tiba-tiba, baik kepada orang sakit maupun orang sehat. Malaikat maut bisa datang kapan saja, seperti halnya yang terjadi pada Nabi Dawud ‘alaihissalam. Beliau meninggal dalam keadaan sehat walafiat.
3. Kematian juga tidak mengenal usia. Disebutkan, Nabi Dawud sendiri wafat dalam usia 100 tahun, di mana beliau terbilang muda dibanding dengan usia nabi-nabi yang lain.
4. Malaikat mampu menjelma dalam wujud manusia. Seperti halnya malaikat maut yang datang kepada Nabi Dawud ‘alaihissalam dalam wujud seorang pria, sebagaimana yang terlihat oleh istrinya.
5. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memiliki mukjizat berinteraksi dengan binatang, termasuk menundukkan dan memerintah burung Madhrahiyyah untuk menaungi jenazah Nabi Dawud alaihissalam dan para pengiringnya di tengah cuaca panas hingga selesai prosesi pemakaman. (Lihat: Umar Sulaiman al-Asyqar, Shahih al-Qashash al-Nabawi, [Oman: Darun Nafais], 1997, Cetakan Pertama, hal. 139). Wallahu a’lam.
Penulis : M. Tatam Wijaya
Editor : Mahbib
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tiga Tipologi Orang dan Cara Terbaik Menyikapinya
KHUTBAH Khutbah Jumat: Tiga Tipologi Orang dan Cara Terbaik Menyikapinya Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ اَلْحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُل...
-
ceramah birul walidain Assalamu’alaikum Wr Wb Alhamdulillahirobbil ‘Alamin Wassolatuwassalamu’alaa khoiril waro… wa’ala aalihi ahli s...
-
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA PROGRAM PASCASARJANA Ujian Akhir Semester Mata Kuliah : Manajemen Kurikulum danPenelitian Sifat ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar